ASSALAM
Assalamu 'alaikum wr.wb.
Alhamdulillah Tepatnya 12 Meil 2008 kami beserta Teman-teman dengan tertatih tatih penuh kesabaran dan ketelatenan berusaha untuk ikut membantu mencerdaskan anak bangsa,berjuang lewat PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD AN - NUR ) segala tenaga dan fikiran kami curahkan untuk mendidik , mensuport, serta mengajak anak anak di daerah kami untuk bergabung lewat sebuah pendidikan yang kerkwalitas, menyenangkan dan kami berusaha memberikan figur serta contoh yang baik bagi anak - anak di desa kami. segala rintangan dan cobaaan kami lalui dengan penuh tawakal sehingga bisa terlaksananya kegiatan belajar melalui bermain melalui wadah yang orang sering menyebutnya PAUD.Semoga segala bentuk usaha dan jerih payah serta doa yang terus mengalir menjadikan wadah ini membawa manfaat yang sebesar besarnya bagi masyarakat sekitar khususnya anak usia dini di desa kami , dan semoga mendapat pahala yang berlimpah dari yang Maha Kuasa.Semoga para pendidik diberikan kekuatan oleh Alloh SWT sehingga bisa Istiqomah dalam mendidik dan memberi suri tauladan yang baik bagi anak usia dini. Amin Yarobbal 'alamin
Wassalamu 'alaikum wr.wb
Kepala
ttd
Mar'atus Sholihah SE
Minggu, 03 Maret 2013
Manfat PAUD
Ada dua tujuan mengapa perlu
diselenggarakan pendidikan anak usia dini, yaitu:
* Tujuan utama: untuk membentuk anak
Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan
tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam
memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa.
* Tujuan penyerta: untuk membantu
menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah.
Adapun rentangan anak usia dini
menurut Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat 1 adalah 0-6 tahun. Sementara
menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara,
PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun.
Berikut beberapa ruang lingkup Pendidikan
Anak Usia Dini :
* Infant (0-1 tahun)
* Toddler (2-3 tahun)
* Preschool/ Kindergarten children
(3-6 tahun)
* Early Primary School (SD Kelas
Awal) (6-8 tahun)
Saat ini, sudah ada beberapa satuan
pendidikan penyelenggara Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), diantaranya
adalah :
* Taman Kanak-kanak (TK)
* Raudatul Athfal (RA)
* Bustanul Athfal (BA)
* Kelompok Bermain (KB)
* Taman Penitipan Anak (TPA)
* Satuan PAUD Sejenis (SPS)
* Sekolah Dasar Kelas Awal (kelas
1,2,3)
* Bina Keluarga Balita
* Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
* Keluarga
Tidak bisa dipungkiri, pendidikan
anak usia dini (PAUD) merupakan pendidikan yang sangat mendasar dan
strategis dalam pembangunan sumber daya manusia. Tidak mengherankan apabila
banyak negara menaruh perhatian yang sangat besar terhadap penyelenggaraan
pendidikan ini dan dalam pelaksanaannya diperlukan sinergitas antara tenaga
pengajar, tenaga penyerta dan anak didik demi mendapatkan hasil yang maksimal. paud, anak, usia dini, pendidikan anak usia dini, Tujuan Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD), pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini, sekolah, taman
kanak-kanak
Pendidikan anak
usia dini adalah suatu upaya pembinaan
yang ditujukan kepada anak sejak lahir
sampai dengan usia 6 (enam) tahun
yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Berdasarkan PP 17 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidiukan, fungsi dan tujuan PAUD diatur
dalam Pasal 61. Berikut bunyi lengkapnya:
(1) Pendidikan anak usia dini
berfungsi membina, menumbuhkan, dan mengembangkan seluruh potensi anak usia
dini secara optimal sehingga terbentuk perilaku dan kemampuan dasar sesuai
dengan tahap perkembangannya agar memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan
selanjutnya.
(2) Pendidikan anak usia dini
bertujuan:
a. membangun landasan bagi
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkepribadian luhur, sehat,
berilmu, cakap, kritis, kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri, dan menjadi
warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab; dan
b. mengembangkan potensi
kecerdasan spiritual, intelektual, emosional, kinestetis, dan social peserta
didik pada masa emas pertumbuhannya dalam lingkungan bermain yang edukatif dan
menyenangkan.
Bentuk dan Jenis Satuan Pendidikan
PAUD
PAUD Jalur Formal (Pasal 62)
(1) Pendidikan anak usia dini pada
jalur pendidikan formal berbentuk TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat.
(2) TK, RA, atau bentuk lain yang
sederajat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki program pembelajaran 1
(satu) tahun atau 2 (dua) tahun.
(3) TK, RA, atau bentuk lain yang
sederajat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diselenggarakan menyatu
dengan SD, MI, atau bentuk lain yang sederajat.
(1)
Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk kelompok
bermain, taman penitipan anak, dan satuan pendidikan anak usia dini yang
sejenis.
(2) Kelompok bermain, taman
penitipan anak, dan satuan pendidikan anak usia dini yang sejenis
menyelenggarakan pendidikan dalam konteks:
a. bermain sambil belajar dalam
rangka pembelajaran agama dan ahlak mulia;
b. bermain sambil belajar dalam
rangka pembelajaran sosial dan kepribadian;
c. bermain sambil belajar dalam
rangka pembelajaran estetika;
d. bermain sambil belajar dalam
rangka pembelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan; dan
e. bermain sambil belajar dalam
rangka merangsang minat kepada ilmu pengetahuan dan teknologi.
(3) Peserta didik kelompok bermain,
taman penitipan anak, dan satuan pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
nonformal yang sejenis dapat dievaluasi perkembangannya tanpa melalui proses
yang bersifat menguji kompetensi.
Jumat, 22 Februari 2013
Rabu, 13 Februari 2013
Siswa/Siswi PAUD & RA AN - NUR
Nama : Lutfi Akmal Gifari
Ttl : Madiun, 19 Juli 2006
Nama Wali
Ayah : Mujiono al. Kasir
Ibu : Siti Markamah
Alamat : Sunjangan Rt. 24/07 Kebonagung
Nama :
Ttl :
Nama WaliAyah :
Ibu :
Alamat :
Nama :
Ttl :
Nama WaliAyah :
Ibu :
Alamat :
Nama :
Ttl :
Nama WaliAyah :
Ibu :
Alamat :
Nama :
Ttl :
Nama WaliAyah :
Ibu :
Alamat :
Nama :
Ttl :
Nama Wali
Ayah :
Ibu :
Alamat :
Nama :
Ttl :
Nama WaliAyah :
Ibu :
Alamat :
Nama :
Ttl :
Nama WaliAyah :
Ibu :
Alamat :
Selasa, 12 Februari 2013
MANFAAT BERMAIN BAGI ANAK USIA DINI
Kegiatan belajar sambil bermain mewarnai berbagai macam gambar, membuat anak - anak usia dini semakin bisa menambah kepercayaan dirinya melalui coretan - coretan yang ia sukai, sehingga dapat mengoptimalkan kreasi dan imajinasinya....
Suaana yang nyaman dan santai dapat membuat anak - anak usia dini tidak merasa tertekan, dan dapat menikmati kegiatan bermain....
Ananda Selvy, cyntia,Chelo,nayla asyik bereksperimen dengan kegiatan mencoret - coret
Beberapa ahli pendidikan diantaranya Plato, Aristoteles, dan
Frobel menganggap bahwa bermain sebagai suatu kegiatan yang mempunyai nilai praktis.
Artinya bermain digunakan sebagai media untuk menguatkan keterampilan dan kemampuan
tertentu pada anak. Walaupun aktivitas bermain adalah kegiatan bebas yang
spontan dan tidak selalu memiliki
tujuan
duniawi yang nyata serta dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya tanpa mempertimbangkan
hasil akhir, tetapi bermain sendiri banyak memiliki manfaat yang fositif
bagi anak yaitu :
1. Bagi perkembangan aspek fisik : Anak berkesempatan
melakukan kegiatan yang melibatkan gerakan-gerakan tubuh yang membuat tubuh anak
sehat dan otot-otot tubuh menjadi kuat,
2. Bagi
perkembangan aspek motorik halus dan kasar : Dalam bermain dibutuhkan
gerakan dan koordinasi tubuh
(tangan, kaki, dan mata),
. Bagi perkembangan aspek emosi dan kepribadian : Dengan
bermain anak dapat melepaskan ketegangan yang ada dalam dirinya. Anak dapat
menyalurkan perasaan dan menyalurkan dorongan-dorongan yang membuat anak lega dan
relaks,
Bagi perkembangan aspek konisi :
Dengan bermain anak dapat belajar dan
mengembangkan daya pikirnya,
Bagi perkembangan alat penginderaan : Aspek penginderaan
(penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, dan perabaan) perlu
diasah agar anak lebih tanggap atau peka terhadap hal-hal yang ada disekitarnya,
Dapat mengembangkan keterampilan
olah raga dan menari,
Sebagai media terapi, karena selam
bermain perilaku anak akan tampil lebih bebas dan
bermain adalah suatu yang alamiah
pada diri anak,
Sebagai media intervensi : Bermain
dapat melatih konsentrasi (pemusatan perhatian
pada tugas tertentu) seperti melatih
konsep dasar warna, bentuk, dan lain-lain.
Menurut Isenberg dan Jalongo (1997)
permainan sangat mendukung pertumbuhan dan
perkembangan anak, yaitu :
. untuk
perkembangan kognitif
a. Anak mulai untuk mengerti dunia
b. Anak mampu untuk mengembangkan pemikiran yang fleksibel dan berbeda
a. Anak mulai untuk mengerti dunia
b. Anak mampu untuk mengembangkan pemikiran yang fleksibel dan berbeda
Anak memiliki kesempatan untuk
menemui dan mengatasi permasalahan-
permasalahan yang sebenarnya.
Untuk perkembangan social dan
emosional
menurut Hartley, Frank, dan
Goldenson sebagaimana dikutip oleh Moeslichatoen, ada 8 fungsi bermain bagi
anak:
- Memainkan apa yang dilakukan oleh orang dewasa
- Untuk melakukan berbagai peran yang ada dalam kehidupan nyata
- Untuk mencerminkan hubungan dalam keluarga dan pengalaman hidup yang nyata.
- Untuk menyalurkan perasaan yang kuat
- Untuk melepaskan dorongan-dorongan yang tidak dapat diterima
- Untuk kilas balik peran-peran yang biasa dilakukan
- Mencerminkan pertumbuhan
- Untuk memecahkan masalah dan mencoba berbagai penyelesaian masalah.
woretzky (1990) juga mengemukakan fungsi bermain dan interaksi dalam permainan mempunyai peranan penting bagi perkembangan kognitif dan sosial anak. Fungsi bermain tidak saja dapat meningkatkan perkembangan kognitif dan sosial, tetapi juga perkembangan bahasa, disiplin, perkembangan moral , kreatifitas dan perkembangan fisik anak. Beberapa fungsi bermain antara lain:
- Mempertahankan keseimbangan
- Menghayati berbagai pengalaman yang diperoleh dari kehidupan sehari-hari
- Mengantisipasi peran yang akan dijalani di masa yang akan datang
- Menyempurnakan keterampilan-keterampilan yang dipelajari
- Menyempurnakan keterampilan memecahkan masalah
- Meningkatkan keterampilan berhubungan dengan anak lain.
Mengikat hubungan orang tua dan anak.
Mengubah suhu emosi.
Menyalurkan emosi negatif dan menghubungkan kembali relasi yang terputus.
Melatih daya juang anak.
Melatih penguasaan diri.
Mengatasi perbedaan.
Untuk mengatakan "Aku hadir.".
Banyak anak yang memiliki orang tua yang secara fisik hadir di rumah, namun mereka tidak bisa merasakan kehadiran orang tuanya. Mengapa? Karena orang tua sibuk dengan aktivitasnya sendiri, dan anak-anak juga asyik menikmati dunianya sendiri. Inisiatif orang tua untuk ukut terjun terlibat dalam permainan anak merupakan bahasa lain dari "Aku hadir."
Masih banyak manfaat lain dari bermain bersama anak. Yang terpenting adalah orang tua menyadari hal ini dan berani untuk mencoba. Banyak kendala yang membuat orang tua enggan bermain dengan anak. Misalnya: rasa lelah, minat yang berbeda, kondisi emosi orang tua yang lagi sedang kurang baik, persoalan keluarga yang membuat depresi
Cara bermain anak itu unik. Anak paling tahu cara bermain, meskipun orang dewasa sangat tahu aturan main. Lebih sering keduanya tidak ketemu
Sebagai orangtua atau orang yang lebih dewasa, maka kita seharusnya:
1. Melihat dengan sudut pandang anak
Seperti yang aku sebutkan sebelumnya, melihat dengan sudut pandang anak berarti melihat segala sesuatu tampak baru. Kita melihat dengan rasa ingin tahu dan tanpa praduga.
Hilangkan asumsi
Memang tidak mungkin menghilangkan sama sekali asumsi kita. Tapi kita bisa menahannya untuk sementara. Asumsi kita dengan kenyataan yang sedang dilakukan anak adalah dua hal yang berbeda, bisa dibandingkan, tetapi bukan untuk saling meniadakan atau menggantikan. Aritnya apa? Apa yang kita asumsikan benar, tidak lantas menggantikan apa yang oleh anak dianggap benar.
Munculkan rasa penasaran dalam diri
Jika anak melakukan sesuatu yang tak biasa, boleh juga sih kalau dianggap aneh. Tetapi tetap dengan cara pandang yang positif, memandang keanehan sebagai keunikan. Karena itu, terus cari tahu, apa sebenarnya yang dilakukan anak.
Temukan bagian yang menarik
Amati apa yang dilakukan oleh anak. Apapun istilah yang mungkin diberikan atas perilaku anak, lihat dengan penuh ketertarikan. Kita perlu berlatih untuk melihat dari sisi menariknya. Sepertinya mudah, tapi jika tidak terbiasa, kita akan terpancing untuk merevisi, melakukan pembenahan, bahkan menyalahkan.
Ikuti ritme permainan anak
Jika kita sudah bisa berpikir ala anak, maka kita harus ikut juga merasakan seperti apa yang dirasakan oleh anak. Meski tidak persis, tapi kita bisa mengondisikan diri menjadi antusias dengan permainan. Cobalah ikut bermain dengan cara anak secara ekspresif. Berdayakan seluruh gerak tubuh, sehingga kita menjadi antusias.
Manfaat Positif Bermain dan Berekreasi
Pertama, pada saat anak-anak sedang bermain, anak-anak juga dapat belajar, bukan saja dari aspek pengetahuan, tetapi juga penanaman sikap mental dan keterampilan. Di tempat bermain anak-anak itu juga dilengkapi dengan fasilitas bermain yang lebih formal, seperti anak-anak dapat belajar mewarnai gambar, belajar kerampilan membuat barang seni dari tanah liat
Kedua, dalam acara bermain tersebut, anak-anak sebenarnya juga dapat belajar untuk meningkatkan pelbagai tipe kecerdasannya, mulai dari olah pikir, hati, sampai dengan olah raga. Ketika sedang menunggu si kecil, cucu penulis, yang sedang sibuk mencari sepede mini, si kecil ternyata telah berkomunikasi dengan orangtua penunggu anaknya yang sedang bersepeda mini
Ketiga, beberapa jenis permainan yang ada memang dirancang secara khusus untuk meningkatkan percaya diri dan keberanian anak-anak.
Keempat, beberapa jenis permainan yang lain dirancang hanya untuk dapat merasa “fun” atau bersenang-senang. Namun selain rasa senang, permainan itu pun masih memiliki manfaat untuk dapat belajar keterampilan
Kelima, ada beberapa jenis permainan yang secara khusus untuk meningkatkan keterampilan anak, seperti membuat kerajinan dari tanah liat. Meski tidak terlalu menantang, ketertarikan anak dalam kegiatan ini pun cukup baik untuk memberikan pengalaman kepada anak-anak untuk mulai mencintai dunia seni, seperti kerajinan dari tanah, yang setelah menjadi dewasa kelak
Refleksi
Anak-anak mempunyai hak untuk dapat bermain, selain hak-hak yang lain. Dengan bermain, anak-anak memperoleh banyak manfaat yang mereka perlukan untuk menghadapi hidup di masa depan. Dengan bermain, sekaligus mereka dapat belajar. Bahkan dalam usia balita, anak-anak perlu diberikan kesempatan untuk bermain, karena dengan bermain anak-anak kita dapat meningkatkan kecerdasannya, mulai dari kecerdasan inter dan intrapersonal, dalam bahasa, dan bahkan juga kecerdasan fisikal yang sering disebut sebagai bodily kinestetik. Anak-anak usia balita dikenal debagai usia keemasan (the golden age), karena dalam usia itu terjadi perkembangan kecerdasan secara optima
Langganan:
Postingan (Atom)